Pengertian ideologi atau definisi ideologi merupakan acara yang secara serius dilakukan dalam studi-studi politik. Sebab itu, ideologi yaitu sebuah konsep penting untuk dikaji di dalam Ilmu Politik. Konsep ideologi ini banyak digunakan, terutama dalam literatur ilmu politik khususnya yang bekerjasama dengan duduk kasus gerakan sosial dan globalisme politik. Dalam salah satu risetnya, Kathleen Knight mengungkapkan bahwa penggunaan istilah ideologi dalam artikel-artikel politik cenderung meningkat, menyerupai terungkap pada grafik di bawah ini:
Dapat diperhatikan, penggunaan oleh American Political Science Review (APSR) meningkat, terutama dalam rentang 1946 sampai 1996. Bahkan, mulai tahun 1976 dipakai oleh lebih dari 50% artikel yang dibuat. Sementara penggunaan istilah ideologi oleh artikel politik non APSR meningkat, terutama semenjak 1936 sampai 1966. Potret Indonesia
Istilah ideologi terutama dilekatkan dengan aspek politik pemerintahan atau gerakan politik suatu negara. Di Indonesia misalnya, Pancasila diakui sebagai ideologi negara. Pancasila ini terdapat di dalam konstitusi (UUD 1945), tepatnya di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila, alasannya itu, menjadi cara pandang bangsa Indonesia, baik terhadap diri, lingkungan, negara, maupun dunia internasional. Sering kali, jikalau terjadi konflik antarkelompok di dalam masyarakat, Pancasila dijadikan tumpuan untuk memperoleh titik temu. Sosialisasi Pancasila sebagai ideologi negara secara aktif dilakukan pemerintah melalui aneka cara.
Pancasila merupakan salah satu contoh dari ideologi yang hidup di dunia ini. Pertanyaan yang layak diajukan lebih lanjut adalah, apa yang disebut dengan ideologi ? Secara etimologis, ideologi berasal dari kata “ideo” dan “logos”. Ideo berarti gagasan-gagasan, sementara logos yaitu ilmu. Jadi, secara etimologis (asal-usul bahasa) ideologi berarti ilmu perihal gagasan-gagasan atau ilmu yang mempelajari asal-usul ide. Ada pula yang menyatakan ideologi sebagai seperangkat gagasan dasar perihal kehidupan dan masyarakat, contohnya pendapat yang bersifat agama ataupun politik.
Selain makna etimologis, ideologi sanggup dikatakan mengacu pada apa yang orang pikir dan percaya mengenai masyarakat, kekuasaan, hak, tujuan kelompok, yang kesemuanya memilih jenis tindakan mereka. Ideologi besar lengan berkuasa terhadap tindakan politik tertentu. Apa yang orang pikir dan percaya mengenai masyarakat ini sanggup berkisar pada bidang ekonomi, politik, sosial, dan filosofis.
Definisi yang biasa diberikan, menyebutkan bahwa ideologi yaitu sistem gagasan politik, yang dibangun untuk melaksanakan tindakan-tindakan politik menyerupai contohnya memerintah suatu negara, melaksanakan gerakan sosial/politik, partai politik, mengadakan revolusi, ataupun kontrarevolusi. Ideologi, alasannya itu, bercorak duniawi dalam artian ia diciptakan insan untuk memetakan kondisi sosial yang ada di lingkungannya. Peta yang melukiskan realitas tersebut kemudian dipakai sebagai pedoman arah dalam bertindak.
Tidak sanggup dipungkiri bahwa ideologi pun sanggup mengambil akar dari agama. Misalnya liberalisme, yang banyak memperoleh ide dari reformasi agama Nasrani yang dibawakan oleh Martin Luther kurun ke-16. Meskipun mempunyai ide dari agama, pada perkembangannya, liberalisme lebih berfokus pada dimensi sekular, khususnya gagasan-gagasan mengenai kemanusiaan, individualitas manusia, dan pembatasan kekuasaan negara atas individu.
Contoh lainnya yaitu fundamentalisme agama yang dinyatakan memperoleh ide dari kita suci. Zionisme misalnya, menyatakan dirinya berdasarkan komitmen Tuhan di dalam Taurat, bahwa Tanah Palestina yaitu Tanah yang Dijanjikan kepada bangsa Israel. Pada perkembangannya, Zionisme kemudian menjadi ideologi sekular dan penuh muatan politik.
Selain agama, ideologi pun ada yang berakar dari kondisi ekonomi. Cara produksi manusia, penguasaan alat produksi, tujuan produksi, melahirkan sejumlah ideologi menyerupai Kapitalisme dan Komunisme. Kedua ideologi tersebut mempunyai akar yang kuat dari kondisi ekonomi di Eropa tahun 1800-an.
Bagaimana posisi ideologi di dalam sistem politik ? Ideologi menempati posisi sebagai teladan tindakan dari kelompok sosial. Pemerintah, partai politik, forum swadaya masyarakat, kelompok agama, kelompok kepentingan (pengusaha, mahasiswa, militer), yang terkadang satu sama lain saling bersinggungan. Persinggungan ini sanggup dikatakan sebagai “konflik ideologi.” Sebab, menyerupai akan kita telusuri nanti, masing-masing ideologi mempunyai karakteristik dan tujuannya masing-masing. Konflik terjadi jawaban persinggungan antara karakteristik dan tujuan ideologi yang ada.
Tulisan ini berusaha memaparkan serangkaian ideologi yang terkenal dipakai dalam gerakan-gerakan politik di dunia. Sudut pandang goresan pena ini yaitu memperlakukan aneka ideologi sebagai sistem gagasan manusia, yang layak untuk dikritik dan diverifikasi.
Pengertian-pengertian Ideologi
Pengertian ideologi amat bervariasi. Berbagai penulis dari aneka disiplin telah menuliskan pengertian mereka mengenai ideologi. Tentu saja, mereka mempunyai tingkat kebenaran sendiri sesuai dengan cakupan disiplin keilmuwannya. Dari mana pengertian ideologi berasal ? Kathleen Knight menyatakan bahwa istilah idelogi pertama kali dipopulerkan oleh Count Antoine Destutt de Tracy dalam karyanya Elements d’Ideologie yang terbit di Perancis pada era Napoleon tahun 1817. Pada perkembangannya, ideologi mulai banyak diteliti dan dipakai sebagai “modal” usaha politik.
Terry Eagleton dalam bukunya Ideology: An Introduction merangkum pengertian-pengertian ideologi yang biasa dipakai para penulis politik sebagai berikut:
- proses penggunaan alat produksi yang dimaknai sebagai simbol dan nilai-nilai dalam kehidupan sosial;
- seperangkat gagasan yang mencirikan kelompok atau kelas sosial tertentu;
- gagasan yang dipakai untuk melegitimasi kekuasaan politik dominan;
- kesadaran palsu yang dipakai untuk melegitimasi kekuasaan politik dominan;
- komunikasi yang didistorsikan secara sistematis;
- sesuatu yang mengatakan posisi tertentu bagi seseorang;
- bentuk pemikiran yang muncul jawaban adanya kepentingan sosial;
- berpikir secara identitas;
- ilusi yang penting secara sosial;
- pertemuan antara wacana dengan kekuasaan;
- suatu medium dalam mana para pelaku sosial memahami keberadaan mereka;
- seperangkat kepercayaan yang diorientasikan kepada tindakan;
- suatu proses dengan mana kehidupan sosial dikonversikan ke dalam kenyataan alamiah.
Pengertian-pengertian yang diberikan Terry Eagleton di atas melingkupi aspek-aspek proses sosial, identitas kelompok, dan ekonomis.
Selain Terry Eagleton, penulis lain menyerupai Helmut Dahm menjelaskan 3 pengertian ideologi yaitu:
- ekspresi dari pemikiran yang dogmatis (refleksi atas kenyataan yang telah didistorsikan);
- doktrin perihal pandangan dunia (misalnya ideologi proletariat); dan
- sebagai ilmu pengetahuan (misalnya sosialisme ilmiah).
Studi Dahm ditujukan ketika menulis perihal posisi ideologi dalam pemerintahan Uni Sovyet.
Pengertian ideologi lainnya diajukan oleh Teun A. van Dijk dalam studi mengenai analisis wacana. Dijk menyatakan bahwa “… ideologi yaitu sebuah sistem yang merupakan basis pengetahuan sosio-politik suatu kelompok. Sebab itu, ideologi bisa mengorganisir sikap kelompok yang terdiri atas opini menyeluruh yang tersusun secara skematis seputar isu-isu sosial yang relevan menyerupai aborsi, enerji nuklir ataupun affirmative action." Bagi Dijk, istilah organisasi sanggup dipakai guna menjelaskan ideologi-ideologi post-materialism menyerupai feminism, environmentalism, racism, dan sebagainya.
Skema Pembentukan Ideologi
Setelah memaparkan sejumlah pengertian ideologi dari beberapa penulis, perlu kiranya penulis mengajukan definisi operasional dari ideologi itu sendiri. Pengertian ideologi yang dipakai dalam goresan pena ini adalah: Pemetaan realitas sosial oleh individu yang dipakai untuk menggerakkan kelompok atau masyarakat guna mengubah kondisi positif menyerupai apa yang dinyatakan di dalam muatan ideologi. Untuk mempermudah pemahaman kita mengenai ideologi, oke digambarkan peta pengertian ideologi yang dipakai di dalam goresan pena ini.
Perhatikan gambar berikut ini:
Penjelasan. Terdapat kondisi positif seputar agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Kondisi-kondisi tersebut (seluruhnya atau beberapa) diserap oleh individu. Individu yang memperhatikan ini mempunyai dimensi ideosinkretik (latar belakang) ras/etnik, status sosial, status ekonomi, agama, budaya, aliran politik, pendidikan, dan pergaulan tertentu. Dimensi ideosinkretik ini mempengaruhi pemetaan yang ia lakukan terhadap kondisi-kondisi positif tersebut. Pemetaan hasil pemikiran individu tersebut melahirkan apa yang disebut ideologi. Lalu, ideologi ini disebarkan si individu, terutama kepada kelompok dan masyarakat yang mendukung atau berpotensi untuk digerakkan oleh ideologi tersebut. Ideologi ini dipakai untuk mengubah kondisi positif sesuai tujuan dari ideologi yang bersangkutan.
Ideologi-ideologi Kontemporer
Ideologi yang bermunculan cukup banyak, dan ini diakibatkan bervariasinya kenyataan dan individu yang menerjemahkannya ke dalam ideologi yang dicetuskannya. Namun, untuk kebutuhan goresan pena ini akan dicukupkan pada beberapa ideologi yang bersifat “mainstream”. Dari ideologi-ideologi tersebut, sanggup diturunkan varian-variannya.
Kapitalisme
Secara bahasa, kapitalisme yaitu paham perihal kapital (modal). Jika dikembangkan lebih lanjut, maka Kapitalisme berarti paham ekonomi yang didasarkan pada penginvestasian uang dalam rangka menghasilkan uang. Kapital tidak harus berupa uang, tetapi aset-aset lain (misalnya tanah, bangunan, kendaraan) yang bisa diinvestasikan untuk menghasilkan uang. Uang yang dihasilkan dari investasi tersebut kembali dipakai untuk investasi untuk menghasilkan uang.
Kapitalisme terdiri atas 3 varian, yaitu Kapitalisme Pedagang, Kapitalisme Produksi, dan Kapitalisme Finansial. Kapitalisme Pedagang (Merchant Capitalism) termasuk jenis Kapitalisme yang paling tua. Kapitalis (pelaku permodalan) menginvestasikan hartanya untuk mencari barang yang langka dan mempunyai laba jikalau diperdagangkan. Investasi tidak harus berupa uang, melainkan sanggup termasuk kendaraan, barang kebutuhan primer, barang berharga, dan sejenisnya. Kapitalisme Pedagang menuntut pembukaan pasar yang nantinya akan dilakukan monopoli atasnya.
Kapitalisme Produksi (Production Capitalism) dilakukan oleh Kapitalis yang mempunyai alat dan cara produksi. Bentuk yang paling dikenal yaitu “pabrik.” Pabrik dipakai untuk memproduksi barang tertentu, untuk kemudian dipasarkan. Untuk memproduksi barang, pemilik pabrik membutuhkan pekerja (labor). Labor ini sekaligus juga konsumen dari barang yang mereka produksi. Barang yang dihasilkan ditukar dengan uang di “pasar” (market). Keuntungan dari penjualan dipakai Kapitalis untuk diinvestasikan ke dalam pabriknya, ataupun pada acara lain. Uang, cara produksi, alat produksi, pasar, profit, dan uang, yaitu konsep-konsep kunci untuk menganalisis Kapitalisme Produksi ini.
Kapitalisme Keuangan (Financial Capitalism) merupakan bentuk terbaru dari Kapitalisme. Dalam Kapitalisme Keuangan, modal diinvestasikan bukan ke dalam bentuk barang, tenaga kerja, atau pabrik. Uang diinvestasikan ke dalam sellisih uang. Komoditas produksi Kapitalisme Keuangan yaitu saham dan nilai tukar uang (valuta). Pasar dalam acara Kapitalisme Keuangan yaitu “bursa efek.” Kapitalisme Keuangan inilah yang kerap membuat devaluasi (penurunan) nilai mata uang dunia.
Sosialisme
Sosialisme tumbuh sebagai kritik atas Kapitalisme, khusnya Kapitalisme Produksi. Menurut Michael Newmann, Sosialisme yaitu ideologi yang minimal ditandai oleh : (1) komitmennya untuk membuat masyarakat yang egalitarian (sama); (2) Seperangkat kepercayaan bahwa orang bisa membangun sistem egalitarian alternatif yang didasarkan pada nilai-nilai solidaritas dan kerjasama; (3) pandangan yang optimistik yang memandang insan dan kemampuannya sanggup bekerja sama antara satu dengan lainnya, dan (4) keyakinan bahwa yaitu mungkin untuk membuat perubahan secara positif di dunia ini melalui agen-agen yang terdiri atas mereka-mereka yang sadar.
Sosialisme, sama menyerupai Kapitalisme, mempunyai “pecahan.” Sosialisme sendiri yaitu konsep induk dari ideologi-ideologi yang muncul kemudian, di mana satu sama lain kerap bertolak belakang dalam kegiatannya. Ideologi-ideologi tersebut yaitu Sosialisme Utopia, Marxisme, Komunisme, Anarkisme, Sosial Demokrasi, dan sejenisnya.
Liberalisme
Liberalisme berkembang sejalan dengan Kapitalisme. Perbedaannya, Kapitalisme berdasarkan determinisme Ekonomi, sementara Liberalisme tidak semata didasarkan pada ekonomi melainkan juga filsafat, agama, dan kemanusiaan. J. Salwyn Schapiro menyatakan bahwa Liberalisme yaitu “… sikap berpikir terhadap duduk kasus hidup dan kehidupan yang menekankan pada nilai-nilai kemerdekaan individu, minoritas, dan bangsa.”
Lebih lanjut, Schapiro menjelaskan serangkaian prinsip dari Liberalisme yaitu : (1) keyakinan mengenai pentingnya kemerdekaan untuk mencapai setiap tujuan yang diharapkan; (2) semua insan mempunyai hak-hak yang sama di depan aturan yang dimaksudkan bagi kemerdekaan sipil; (3) tujuan utama dari setiap pemerintahan yaitu mempertahankan kebebasan, persamaan, dan keaman dari semua warga negara; (4) adanya kebebasan berpikir dan berekspresi; (5) liberalisme yakin akan adanya kebenaran yang obyektif, bisa ditemukan melalui acara berpikir berdasarkan metode riset, eksperimen, dan verifikasi; (6) agama merupakan hal yang harus ditoleransi; (7) liberalisme berpandangan dinamis mengenai dunia, dan; (8) kaum liberal yaitu mereka yang idealis (hendak mencapai tujuan) melalui praktek-praktek yang dipertimbangkan.
Liberalisme terutama berkembang di Inggris, terutama semenjak Glorious Revolution, di mana Kekuasaan Monarki Absolut Inggris dibatasi. Tokoh liberalisme yaitu John Locke dan John Stuart Mill. Locke melalui karyanya Two Treatises of Government mensyaratkan tujuan pemerintahan untuk melindungi hak milik yang diperintah. Sementara John Stuart Mill melalui karyanya On Liberty, yang mengawali sistem demokrasi dengan prosedur bunyi terbanyak.
Neoliberalisme
Pada perkembangannya, ideologi Liberalisme terpecah. Satu lebih mendekati Sosialisme, dan lainnya mendekati kapitalisme (ekonomi). Neoliberalisme yaitu potongan ideologi Liberalisme yang mendekati kapitalisme, sementara yang mendekati sosialisme disebut sebagai New Liberalism (Liberalisme Baru). Ideologi Neoliberalisme ini yang dituding menunggangi aksi militer Amerika Serikat dan sekutunya di Timur Tengah dan Asia Selatan.
Neoliberalisme yaitu cara pandang kebijakan yang menekankan pada kebutuhan untuk adanya kompetisi pasar yang bebas (free market competition). Liberalisme sekaligus merupakan ideologi (seperangkat gagasan yang terorganisir) dan praktek (seperangkat kebijakan). Beberapa prinsip Neoliberalisme adalah:
- keyakinan bahwa perkembangan ekonomi yang berkelanjutan yaitu penting untuk mencapai kemajuan umat manusia,
- kepercayaan diri bahwa pasar bebas yaitu daerah alokasi sumber daya yang paling efektif;
- penekanannya pada tugas minimal intervensi negara dalam hubungan sosial dan ekonomi, dan
- komitmennya pada kemerdekaan perdagangan dan permodalan.
- Neo Liberalisme kerap dikaitkan dengan globalisasi, yang mengindikasi penguatan dalam arus modal dan perdagangan dunia. Ini menimbulkan beralihkan perimbangan kekuasaan dari negara kepada pasar. Pemerintah pada titik ini mempunyai sedikit pilihan, dan tetapkan untuk mengadopsi kebijakan Neoliberal dalam rangka mencapai daya saing ekonomi.
Neoliberal, alasannya itu, memberi kepercayaan yang demikian besar kepada perusahan-perusahan untuk berinvestasi dan “memperluas” usaha. Dampak dari kebijakan Neoliberal adalah, negara yang tidak mempunyai daya saing ekonomi akan tunduk pada pemodal dari negara lain. Kondisi ini kemudian membuat ketergantungan dan kemiskinan di negara tanpa daya saing tersebut.
Fundamentalisme
Jika sosialisme, liberalisme, kapitalisme, dan neoliberalisme menekankan pada aspek pemikiran sekular, maka fundamentalisme menekankan pada aspek non-sekular. Kerap kali fundamentalisme tidak saja terjadi di dalam kelompok Islam melainkan juga di kelompok-kelompok Nasrani dan Yahudi.
Fundamentalisme dari kelompok agama muncul jawaban semakin duniawinya pola hidup masyarakat, kegagalan kapitalisme dan liberalisme dalam membuat keadilan sosial, dan ancaman-ancaman modernisasi yang semakin mendesak kehidupan beragama.
Fundamentalisme dalam kelompok Islam sanggup disebutkan Ikhwan al-Muslimin, berdiri di Mesir tahun 1924. Pendirinya, Hasan al-Banna yaitu seorang guru sekolah. Ikhwan al-Muslimin mendominasi pemikiran politik Sunni di sepanjang era 1970-an dan 1980-an di Mesir, Sudan, Syria, dan Yordania. Kelompok yang mewakili Syiah yaitu Fadayan-I Islam, yang berdiri tahun 1940-an di Iran. Kelompok ini didirikan oleh Navab Safavi dan mengalami pelarangan oleh pemerintah Shah Irah tahun 1956. Fadayan-I Islam kembali bangun pasca keberhasilan Revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatollah Khalkhali.
Pemikiran-pemikian kelompok di atas banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh menyerupai Sayyid Qutb (1906-1966), Abul A’la al-Mawdudi (1903-1979). Mawdudi ini kemudian berhasil mendirikan Jama’ah Islamiyah tahun 1972. Basis gerakan Jama’ah Islamiyah yaitu di Pakistan, di mana kelompok ini berusaha mengubah sistem politik Pakistan menjadi Sistem Politik Islam. Bimbingan pemerintahan Islam yang akan dilangsungkan di Pakistan mempunyai kerangka teoretis di dalam karya Mawdudi, Khilafah dan Kerajaan.
Ayatullah Ruhollah Khomeini merupakan pemimpin fundamentalis Syiah di Iran. Ia berhasil memimpin Revolusi Islam Iran tahun 1979 dan menggulingkan kekuasaan Shah Iran. Khomeini kemudian mendidirikan pemerintahan Islam yang didasarkan atas Syiah Itsna Asy’ariyah (Syiah Imam Dua Belas). Sementara Imam ke-12 (Al Mahdi Al Muntazzar) masih dalam kondisi ghaib, pemerintahan sementara dipegang oleh Wilayatul Faqih. Wilayatul Faqih yaitu pemerintahan yang dianggotai para Ulama Syiah dan mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam pemerintahan sehari-hari.
Fundamentalisme kelompok-kelompok Nasrani sanggup ditelusuri sampai ke ketika Pasca Civil War (akhir 1800-an). Kelompok-kelompok Nasrani di Amerika Serikat merasa menerima bahaya terhadap doktrin beragama sehabis mewabahnya imigrasi, industrialisasi, Darwinisme, dan sosialisme. Pada tahun 1960-an, para pengkhotbah dari kelompok fundamentalis mulai tampil di televisi-televisi, dan mereka bicara isu-isu politik.
Salah satu kelompok fundamentalis Nasrani yang terkemuka yaitu Moral Majority, didirikan di Amerika Serikat tahun 1979 oleh Reverend Jerry Falwell. Isu-isu yang dikembangkan kelompok ini yaitu anti-aborsi, mendirikan rumah bagi orang-orang miskin, sakit, dan rehabilitasi pecandu alkohol. Mereka juga menekan pemerintah untuk menerbitkan undang-undang pelarangan judi, pornografi, prostitusi, dan melarang kerja pada hari Minggu. Kelompok fundamentalis Nasrani secara keras menolak pengajaran Darwinisme di sekolah-sekolah, oleh alasannya bertentangan dengan aliran kitab suci yang menekankan pada Kreasionisme.
Fundamentalis kelompok Yahudi diwakili Zion (orangnya Zionis). Gerakan mereka yaitu mendirikan negara Yahudi di Palestina, yang berdasarkan Talmud yaitu Tanah yang Dijanjikan Tuhan kepada bangsa Yahudi. Tokoh Zion yaitu Theodore Herzl, seorang Yahudi yang hidup di Basel, Swiss, yang mendirikan Zion tahun 1918. Tahun 1948, Zion berhasil mendirikan negara Yahudi di Palestina lewat derma Inggris.
Kelompok fundamentalis Yahudi semakin kuat sehabis Perang 6 Hari pada tahun 1967. Perang antara Israel melawan aliansi Mesir, Yordania, dan Suriah ini dimenangkan oleh Israel. Israel berhasil menguasai wilayah Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza dari Mesir, Dataran Tinggi Golan dari Suriah, dan Tepi Barat juga Yerusalem Timur dari Yordania.
Sementara Zion kemudian terpecah ke dalam 2 partai : Partai Likud dan Partai Buruh. Partai Buruh ini lebih moderat dan mulai membicarakan kemerdekaan Palestina serta mengembalikan wilayah yang direbut dalam Perang 6 Hari. Sementara itu, Partai Likud pun terpecah ke dalam partai-partai fundamentalis yang lebih keras. Contoh dari partai-partai tersebut yaitu Partai Morasha dan Partai Kach. Partai Kach ini dimotori oleh Rabbi Meir Kahane, bersifat violence, dengan tujuan mengusir seluruh orang Palestina dari Tanah Israel. Namun, Partai Kach bersifat minoritas di Israel, tetapi sangat agresif.
-------------------------------------------------------------
Referensi
- Helmut Dahm, “The Function and Efficacy of Ideology,” Journal of Studies in East European Thought, Volume 21, Number 2 / May, 1980, p.109-118
- J. Salwyn Schapiro, Liberalism: Its Meaning and History, (New Jersey: D. Van Nostrand Company, 1958)
- James Fulcher, Capitalism: A Very Short Introduction, (New York: Oxford University Press, 2004)
- Kathleen Knight, “Transformations of the Concept of Ideology in the Twentieth Century”, dalam American Political Science Review, November 2006.
- Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Edisi 1 (Jakarta: Gramedia, 1996)
- Mary Hawkesworth and Maurice Kogan, Encyclopedia of Government and Politics, Vol. 1, (New York: Routledge, 1992)
- Michael Newman, Socialism: A Very Short Introduction, (New York: Oxford University Press, 2005)
- Nicola Smith, “Neoliberalism” dalam Mark Bevir, Encyclopedia of Governance, Volume 1 and 2, (California: Sage Publications, 2007)
- P. H. Collins, Dictionary of Politcs and Government, 3rd Edition, (Bloomsbury Publishing, 2004)
- Teun A. van Dijk, “Ideological Discourse Analysis” dalam New Courant, Edisi 4, (Helsinki: University of Helsinki, 1995) p.135-161.
tags:
pengertian ideologi definisi ideologi macam-macam ideologi jenis ideologi sketsa ideologi kapitalisme neoliberal fundamentalisme
0 Response to "Pengertian Ideologi Dan Jenis-Jenis Ideologi Politik Di Dunia"
Posting Komentar